Senin, 17 Januari 2011

Komposisi dalam Fotografi

Masih banyak yang beranggapan, dengan melakukan pemotretan menggunakan kamera serba canggih dan otomatis, dapat dijamin foto yang dihasilkan akan baik dan sempurna, karena segala sesuatunya sudah diatur oleh kamera. Pendapat tersebut tidak selalu benar. Buktinya, masih banyak foto yang dihasilkan dengan menggunakan kamera canggih serba otomatis, namun tetap jelek dan mengecewakan.

Perlu dipahami, bahwa secanggih apa pun kamera yang digunakan untuk memotret, faktor manusia atau si fotografer masih sangat berperan dalam menghasilkan gambar yang baik atau diistilahkan dengan The Man Behind Camera.
Memang betul, kamera canggih serba otomatis yang banyak dijual di pasaran sekarang ini sangat memudahkan bagi siapa saja untuk melakukan pemotretan. Namun, perlu diingat bahwa kemudahan yang ditawarkan masih terbatas hanya dalam hal mengatur kecepatan rana (speed), diafragma, pemokusan dan pencahayaan. Sedangkan untuk mengatur komposisi, tidak bisa dilakukan oleh kamera. Jadi, pemotret yang harus mengatur dan melakukan hal itu.

Berdasarkan Jarak
Mengingat pentingnya mengatur komposisi untuk menghasilkan gambar yang baik, maka setiap pemotret wajib mempelajari dan menguasai teknik komposisi. Dalam buku berjudul Komposisi Fotografi yang ditulis pakar fotografi Prof Dr RM Soelarko, komposisi diartikan sebagai susunan garis, nada, kontras dan tekstur yang diatur dalam suatu format. Dengan pengaturan komposisi yang baik, segala sesuatu yang ada di dalam bingkai foto akan tersusun dalam format gambar yang menarik, sehingga ada keseimbangan garis, nada, warna dan kekontrasan dalam foto.
Bagi pemotret, sebenarnya sadar atau tidak sadar, dalam setiap melakukan pemotretan, selalu mengatur komposisi terlebih dahulu. Setelah apa yang dilihat dari balik lensa pembidik cukup baik dan menarik, baru tombol pelepas rana ditekan perlahan, sehingga terjadilan pemotretan.
Untuk mendapatkan hasil pemotretan yang menarik, sebaiknya setiap fotografer mengetahui dan menguasai berbagai tehnik komposisi, sehingga dalam setiap pemotretan bisa menentukan pilihan komposisi mana yang paling sesuai dengan subjek yang akan dipotret. Dengan demikian, diharapkan gambar yang dihasilkan akan menarik, karena komposisinya diatur sedemikian rupa.
Beberapa model komposisi yang sangat mendasar dan perlu diketahui serta dikuasai setiap fotogrefer antara lain adalah: pertama, komposisi yang diatur berdasarkan jarak pemotretan; kedua, berdasarkan sudut pengambilan gambar, dan ketiga penempatan subjek utama dengan sumber lainnya.
Dalam penyusunan komposisi berdasarkan jarak pemotretan, ada tiga cara yang bisa dilakukan. Pertama, teknik long shot. Komposisi ini akan menghasilkan subjek utama berukuran kecil, namun suasana disekitarnya terlihat jelas. Model komposisi ini banyak digunakan fotografer media massa, seperti saat memotret aksi demo yang dilakukan mahasiswa di gedung DPR untuk menuntut diturunkannya harga bahan bakar minyak. Dengan menggunakan komposisi model long shot, maka akan terlihat jelas suasana demo yang banyak diikuti mahasiswa.
Adapun dalam pemotretan komposisi model long shot, si fotografer biasanya mengambil jarak cukup jauh dari subjek yang akan dipotret, dan kalau memungkinkan memotretnya dilakukan dari atas jembatan atau gedung, sehingga suasananya dapat terekam dengan baik dan jelas. Pemotretan akan lebih mudah jika menggunakan lensa tele. Komposisi model longshot juga cocok digunakan untuk memotret pemandangan alam, pegunungan dan lainnya.
Kedua, teknik medium shot. Dengan komposisi ini, maka subjek yang difoto terlihat agak besar dibanding pemotretan long shot. Hal ini terjadi, karena kamera yang digunakan diletakkan dalam posisi lebih dekat jaraknya dengan subjek yang akan difoto. Teknik komposisi ini lebih tepat untuk memotret subjek manusia yang ingin tampil dalam ukuran setengah atau tiga perempat badan.
Ketiga, teknik close up. Komposisi ini sangat tepat untuk pemotretan pas foto alias foto diri, dan banyak digunakan untuk pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM), melengkapi cerita profil seseorang dan sebagainya. Dengan komposisi close up, maka terlihat dengan jelas ekspresi wajah orang yang dipotret. Teknik close up juga banyak digunakan untuk memotret sebuah benda, karena mampu menampilkan detail benda secara jelas. Misalnya sebuah guci antik dan sebagainya. Cara pemotretan dengan komposisi close up adalah dengan menempatkan subjek utama secara penuh, sehingga detail lainnya tidak terlihat.

Sudut Pengambilan
Untuk pemotretan berdasarkan sudut pengambilan gambar, antara lain ada dua cara yang bisa dilakukan, yaitu teknik high angle dan low angle. Pemotretan dengan teknik high angle bertujuan untuk menghasilkan gambar yang terkesan mengecil. Cara pemotretannya adalah, fotografer harus berada dalam posisi lebih tinggi dari pada subjek yang akan dipotret.
Sebaliknya, jika ingin mendapatkan subjek foto terkesan lebih besar, maka komposisi low angle bisa digunakan. Teknik pemotretannya kebalikan dengan teknik high angle, yaitu posisi pemotret harus lebih rendah dari subjek yang akan difoto.
Untuk pemotretan menggunakan komposisi penempatan subjek utama dengan subjek lainnya dapat dilakukan dengan teknik foreground, backgroud atau tehnik horizontal dan vertikal.
Manfaat pemotretan dengan komposisi foreground selain untuk membandingkan subjek utama dengan subjek pendukung, juga untuk memperindah dan memperjelas subjek utamanya. Disebut foreground, karena subjek utama ditempatkan di depan dan dibuat lebih tajam (fokus), sedang latar belakangnya kabur (blur). Untuk mendapatkan hasil gambar yang baik, saat mengatur komposisi, fokus dilakukan hanya pada subjek utama, sehingga nampak jelas bagian depan dan dikaburkan bagian belakangnya.
Adapun komposisi background adalah kebalikan dari foreground, yaitu pemotretannya dilakukan dengan menempatkan subjek utama di belakang subjek lainnya. Tujuannya untuk membandingkan dan memperindah subjek utama. Subjek lain atau pendukung disebut sebagai latar belakang.
Perlu diingat bahwa, komposisi foreground dan background hanya bisa dilakukan dengan kamera RLT (Refleks Lensa Tunggal). Sedang kamera otomatis tidak bisa melakukan itu, karena dalam pemokusannya sudah diatur secara otomatis, sehingga semua dalam gambar akan jelas.
Pada komposisi horizontal pemotretannya dilakukan dengan menempatkan kamera pada posisi mendatar (horizontal), sehingga hasil gambarnya juga mendatar. Sedangkan, jika menghendaki hasil gambar berdiri, maka posisi kamera harus berdiri (vertikal).
Kapan pemilihan komposisi horizontal dan vertikal, sangat tergantung dari subjek yang akan dipotret. Untuk memotret pohon atau benda yang dalam ukuran tinggi, sebaiknya gunakan komposisi vertikal, sedangkan untuk memotret pemandangan alam, pegunungan atau benda yang tidak terlalu tinggi ukurannya, gunakan komposisi horizontal.
Dari berbagai teknik komposisi yang dijelaskan di atas, dalam pemotretannya selain dapat digunakan dengan menempatkan posisi kamera pada tempat yang dianggap paling sesuai oleh si fotografer, juga dapat menggunakan bantuan lensa tele atau zoom. Dengan mengetahui dan menguasai berbagai teknik komposisi dalam pemotretan, diharapkan setiap fotografer dapat berkreasi lebih banyak lagi, sehingga gambar yang dihasilkan tidak monoton komposisinya.

Eddy Suntoro

Tidak ada komentar:

Posting Komentar